Secara sejarah, perubahan besar dalam produksi massal dan distribusi produk kopi telah disebut sebagai "gelombang" (pergerakan). Pergerakan ini mewakili perubahan dalam hal-hal seperti bagaimana biji kopi diperoleh, bagaimana kopi ditanam dan dipanen, bagaimana produk dikemas, diangkut, dan bahkan bagaimana biji kopi mentah di kelola atau disangrai. Mungkin Fourth-Wave kopi adalah pergerakan yang terbaru yang mungkin akan/sudah bermunculan. Perubahan di sini jauh lebih signifikan daripada gelombang sebelumnya. Fourth-Wave Movement ini adalah perpaduan antara produk kopi unggulan dan kesadaran sosial, alam, lingkungan tenaga kerja yang benar-benar berharga yang dapat mengandalkan sumber biji berkualitas tinggi yang benar-benar artisanal. Memiliki citarasa yang dalam dan berbeda, sementara aromanya lebih kompleks dan memikat. Bagaimanapun, yang terpenting adalah dampak sosial ekonomi dari Fourth-Wave kopi baru ini. Gelombang keempat ini berarti bahwa kopi merupakan produk organik perdagangan langsung dan adil langsung kepada petani tersebut berikut keluarga mereka. Untuk memahami pentingnya "New-Wave" kita perlu melihat kembali ke gerakan "gelombang pertama" dan selanjutnya. Meskipun transisi dari gelombang pertama, kedua dan ketiga tidak selalu dapat dilihat, prioritas mereka tentu unik: First-Wave : Menumbuhkan konsumsi kopi secara eksponensial. Second-Wave : Menentukan dan menikmati kopi spesial. Third-Wave : Membeli kopi berdasarkan asal dan metode produksinya. Fourth-Wave : Apakah ada? Jika ada, mungkin dengan perpaduan kualitas kopi unggulan terbaik yang selaras dengan kesadaran social, alam, lingkungan, kemakmuran para petani kopi dan bisnis praktik yang berkelanjutan (sustainable). Sejarah Kopi Gelombang Pertama (first-wave) Kopi gelombang pertama dapat ditelusuri akarnya kembali ke tahun 1800-an, ketika para pengusaha melihat pasar untuk menyediakan kopi yang terjangkau dan "siap seduh". Merek kopi seperti Folgers dan Maxwell House dengan cepat akan menjadi kopi masyarakat di seluruh Amerika Serikat. Mungkin kalau di tanah air sendiri kopi kapal api masuk ke arah First-Wave. Gelombang pertama ini menerima beberapa kritik karena mengorbankan kualitas dan rasa demi meningkatkan produksi besar-besaran. Disamping kualitas yang dipasarkan secara massal ini mungkin banyak di sukai, berkat inovasi mereka dalam hal pemrosesan, pengemasan, dan pemasaran, dapat membuka pintu peluang baru untuk industri kopi ke masa depan. Sejarah Kopi Gelombang Kedua (second-wave) Salah satu kekuatan pendorong dalam transisi ke gelombang kedua adalah reaksi terhadap "kopi buruk" yang dipasarkan di bawah gelombang pertama. Konsumen menyatakan keinginan untuk mengetahui asal kopi mereka dan memahami gaya penyangraian unik yang di sebut-sebut "Specialty Coffee". Pengetahuan ini menambah wawasan dan pengalaman dalam menikmati kopi yang bukan hanya sekedar minuman. Beberapa sejarawan kopi berkata bahwa industri Wine/anggur mempunyai pengaruh lewat prinsip dan aplikasi yang sekarang diterapkan pada industri kopi. Istilah seperti espresso, latte, dan French Press telah menjadi hal umum di kalangan pecinta kopi spesial. Kopi gelombang kedua mulai kehilangan jejaknya karena pergerakan ini telah menjadi komoditas, tanpa menghiraukan dari mana biji kopi ini berasal. Kedai kopi telah menjadi bisnis yang besar, memikat konsumen ke kedia besar ini hanya untuk minum minuman kopi favorit mereka. Bisnis kopi yang paling sering dikaitkan dengan kopi gelombang kedua adalah Starbucks. Sejarah Kopi Gelombang Ketiga (third-wave)
Gelombang ketiga kopi ditandai oleh pecinta kopi yang tertarik dengan karakter kopi itu sendiri. Gerakan ini merupakan reaksi terhadap kopi buruk dan cara kopi tersebut dipromosikan. Bukan berarti pemasaran dan sosial tidak penting bagi perkembangan "Third-Wave", tetapi hal tersebut buat pendorong kesuksesan. Marilah kita simak lagi: Pada gelombang pertama, konsumen memimpin. Itu semua tentang ketersediaan massa dalam skala nasional. Di gelombang kedua, kualitas kopi lebih baik, tetapi bidang pemasaran adalah kekuatan pendorongnya. Dengan gelombang ketiga, produksi dan pemasaran mengambil kursi belakang, tetapi produk (biji kopi) fokus terdepan, hubungan langsung dengan petani, praktik bisnis yang berkelanjutan. Gelombang ke Empat (Apakah Ada?) Sepertinya sudah mulai bermunculan pergerakan gelombang ke-empat ini. Mereka sangat fokus terhadapa kualitas, dampak sosial, alam, lingkungan, kemakmuran para petani dan komitmen untuk menawarkan perdagangan yang adil, perdagangan langsung, organik, biji kopi spesial dengan kualitas terbaik, rasa, aroma, dan pengalaman keseluruhan dari biji kopi tersebut. Tujuannya adalah agar konsumer dapat menikmati kopi yang lebih baik daripada sebelumnya.
1 Comment
|
twenty twenty coffee
Berbagi hal-hal menarik seputar dunia kopi yang Kita bahas dengan informasi terkini bagi para pecinta kopi. Categories
All
Archives
April 2020
|